perubahan warna argentometri

Natrium Kromat Na2CrO4 digunakan sebagai indikator untuk titrasi argentometri dalam penentuan ion klorida, bromida, sianida dengan menggunakan larutan perak nitrat sebagai larutan baku dimana perubahan indikator akan membentuk endapan berwarna merah perak kromat Ag2CrO4. reaksi yang terjadi pada titrasi argentometri menggunakan metode Mohr adalah sebagai berikut,

Untuk titrasi argentometri penentuan Cl- maka pertana ion Ag+ akan bereaksi dengan ion Cl- membentuk endapan putih AgCl dengan reaksi sebagai berikut,

reaksi argentometri metode mohr

Selanjutnya pada saat ion Cl- sudah bereaksi dengan Ag+ membentuk Cl- maka sedikit kelebihan Ag+ dari buret akan bereaksi dengan indikator Na2CrO4 membentuk endapat berwarna merah Ag2CrO4 dengan reaksi berikut,

reaksi argentometri metode mohr

Berikut perbedaan warna dari tahap awal titrasi sampe perubahan warna indikator

perubahan warna pada titrasi argentometri
Gambar paling kiri adalah awal ditrasi dimana larutan sudah diberi indikator Na2CrO4, (1) saat titrasi berlangsung dimana terbentuk endapan AgCl dan (2) saat titik akhir titrasi dimana terbentuk endapan Ag2CrO4 berwarna merah kecoklatan.

Perlu diperhatikan bahwa

  1. Titik akhir titrasi terjadi pada saat endapan berwarna coklat kemerahan Ag2CrO4 terbentuk dengan stabil (tidak menghilang saat erlenmeyer masih di gerakan) (lihat gambar paling atas)
  2. Cl- lebih reaktif bereaksi dengan Ag+ dibandingkan antara CrO42- dengan Ag+ dengan demikian endapan AgCl akan terbentuk terlebih dahulu dibandingkan dengan Ag2CrO4

Konsentrasi ion Ag+ pada titik ekuivalen dapat ditentukan dengan menggunakan rumus berikut ini ,

mencari konsentrasi Ag+ dalam titrasi argentometri

Memasukan nilai konsentrasi Ag+ diatas dalam rumus Ksp Ag2CrO4 maka kita dapat menentukan konsentrasi CrO42+ yang diperlukan pada saat titik ekuivalen sebagai berikut,

mencari konsentrasi kromat dalam titrasi argentometri

Secara teori maka konsentrasi ion kromat yang diperlukan agar terbentuk endapat merah kecoklatan Ag2CrO4 adalah sebesar nilai diatas. Namun sayangnya konsentrasi sebesar itu membuat warna kuning lebih pekat dalam larutan yang akan dititrasi dimana intensitas warna kuning ini dapat menganggu penglihatan orang yang menitrasi untuk melihat warna merah kecoklatan endapat Ag2CrO4 untuk penentuan titik akhir titrasi. Dengan alasan tersebut maka dalam prakteknya indikator yang dipakai memiliki konsentrasi lebih kecil dari nilai diatas.

Sebagai konsenkuensi ini maka penambahan Ag+ untuk menentukan titik akhir titrasi akan sedikit lebih banyak dari nilai yang sesungguhnya. Hal ini membuat titrasi eror nilaianya akan semakin besar. Untuk menanggulangi hal ini maka kita dapat menitrasi blanko yang bebas dari analit. Atau alternatif lain adalah dengan menstandarisasi larutan AgNO3 menggunakan standar primer NaCl.

Kekurangan lain dari metode Mohr adalah titrasi harus dilakukan dalam kondisi pH antara 7-10 . Pada kondisi asam maka ion cromat akan berubah menjadi asam kromat hal ini akan menyebabkan berkurangya konsentrasi CrO42- sehingga akan lebih banyak membutuhkan ion Ag+ untuk dapat membentuk endapan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *