Larutan standar basa yang sering di pakai untuk titrasi asam basa adalah NaOH meskipun KOH dan Ba(OH)2 juga sering di pakai. Baik NaOH, KOH, dan Ba(OH)2 bukan merupakan standar primer maka larutan standar ini harus di standarisasi sebelum di pergunakan untuk keperluan titrasi.
Pengaruh CO2 pada larutan standar basa
Baik dalam bentuk larutan ataupun padatannya, hidroksida dari natrium, kalium, serta barium bereaksi dengan cepat dengan CO2 dari udara dengan reaksi sebagai berikut,

Untuk titrasi yang menggunakan indikator dengan dengan transisi asam (seperti bromocreasol green) maka pengaruh absorbsi CO2 terhadap larutan standar ini tidak akan menyebabkan titrasi eror disebabkan setiap ion karbonat yang dihasilkan dari reaksi antara NaOH atau KOH akan juga bereaksi dengan dua ion hidronium dengan reaksi sebagai berikut,

Sayangnya jika titrasi menggunakan indikator dengan transisi basa (contohnya fenolftalein) maka penyerapan CO2 oleh larutan standar NaOH atau KOH akan berpengaruh menyebabkan sistematik eror yang biasa disebut dengan ‘karbonat eror’. Hal ini disebabkan setiap ion karbonat CO32- hanya bereaksi dengan satu ion hidronium

Cara terbaik menyiapkan larutan standar basa
Cara terbaik untuk menyiapkan larutan standar basa contohnya NaOH yang bebas dari CO2 adalah dengan menyiapkan larutan standar yang lebih pekat yaitu dengan konsentrasi 50% NaOH disebabkan CO2 memiliki kelarutan yang rendah dalam larutan NaOH pekat. Selanjutnya larutan ini bisa diencerkan dengan sampai konsentrasi yang diinginkan jika ingin melakukan titrasi.
Air yang dipergunakan untuk penyiapan larutan standar basa juga harus bebas dari CO2. Air yang berada dalam kesetimbangan dengan atmostfer memiliki konsentrasi CO2 sekitar 1,5x10exp-3 mol/L olah sebab itu air distilasi sebelum di pakai untuk melarutkan NaOH harus dididhkan terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan CO2 ini. Cara lain adalah dengan mengalirkan gas inert kedalam air distilasi. Proses penghilangan gas dari larutan dengan cara mengalirkan gas inert kedalamnya ini disebut sebagai ‘sparging’.
Botol yang terbuat dari polietilen yang memiliki penutup rapat dipergunakan untuk menyimpan larutan standar basa untuk menghindari reaksi larutan dengan CO2. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum menutup botol maka, Anda bisa memencet botol terlebih dahulu untuk mengeluarkan udara yang ada dalam botol sehingga kita dapat mengurangi gas yang terjebak didalam botol sebelum kita menutupnya.
Konsentrasi larutan NaOH akan berkurang sekitar 0,1% sampai 0,3% per minggu jika larutan ini disimpan dalam botol kaca. Hal ini terjadi disebbakan reaksi NaOH dengan kaca untuk membentuk silikat. Dengan alasan inilah larutan standar basa tidak boleh disimpan dalam botol kaca dalam periode lebih dari 1 atau 2 minggu dalam botol yang terbuat dari kaca.
Standarisasi larutan basa
Beberapa zat dapat di pakai untuk proses standarisasi larutan standar basa, umumnya yang dipakai adalah asam organik lemah yang menggunakan indikator dengan transisi basa.
Kalium hidrogen ftalat
Kalium hidrogen ftalat KHC8H4O4 adalah zat ideal untuk standarisasi larutan basa. Zat non hidroskopik berwarna putih yang memiliki massa molar yang cukup tinggi (202,2 g/mol). Jika Anda memberi dalam bentuk garam dengan grade analitikal maka zat ini tidak perlu dimurnikan lagi.
Zat standar primer lain untuk standarisasi larutan basa
Asam bensoat dengan grade analitikal bisa dipakai untuk standarisasi larutan basa. Disebabkan kelarutan zat ini dalam air sangat terbatas maka asam benzoat dapat dilarutkan dalam etanol selanjutnya diencerkan dengan air distilasi. Jangan lupa titrasi blanko diperlukan untuk mengurangi titrasi eror sebab komersial etanol biasanya bersifat sedikit asam.
Zat lain yang dapat dipakai adalah kalium hidrogen iodat KH(IO3)2. KH(IO3)2 adaalah zat standar primer yang baik pula untuk standarisasi larutan satndar basa disebabkan dia merupakan asam kuat dan memiliki massa molar yang tinggi per mol proton. Dapat digunakan dengan berbagai macam indikator dengan titrasi yang dilakukan pada kisaran pH 4-10.